WELCOME TO DAVID DANIEL SIO..!!

Rabu, 16 November 2011

Lakukan Yang Terbaik (10-11-2011)


Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya disebuah perusahaan Konstruksi Real Estate. Ia pun menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.
Pemilik perusahaan sangat sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Lalu ia memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuat sebuah rumah untuk dirinya. Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, si tukang kayu sebenarnya merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan untuk membangun rumah tersebut.
Dengan berat hati, si tukang kayu mulai mengerjakan proyek tersebut. Ia Cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya (bahan yang biasa-biasa saja). Sekian lama membangun rumah terbut, akhirnya selesailah rumah yang diminta oleh tuannya. Hasilnya bukanlah sebuah rumah yang baik dan bagus. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.
Ketika pemilik perusahaan datang untuk melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu.
“Ini adalah rumahmu” katanya, “hadiah dari aku buat kamu.” Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa sesungguhnya ia mengerjakan rumah tersebut untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain dan dengan bahan-bahan terbaik. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus, hasil karyanya sendiri.
Teman, itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan ini dengan cara yang membingungkan, tidak sepenuh hati, bahkan tidak bertanggung jawab. Kita lebih memilih biasa-biasa saja dibanding melakukan yang terbaik. Bahkan pada bagian-bagian terpenting dalam kehidupan kita, kita tidak melakukan yang terbaik.
Pada akhir perjalanan kita, kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup dalam rumah yang kita bangun atau kita ciptakan sendiri. Seandainya kita menyadari sejak semula, kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.
Renungkanlah bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan “apa yang sedang kita bangun.” Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding/tembok, juga atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sukacita, jangan setengah hati, kerjakanlah dengan sebaik-baiknya seolah-olah kita mengerjakannya hanya sekali saja seumur hidup.
Berusaha, berjuang dengan senyuman yang tulus, dan jangan pernah menyerah. Hidup Cuma sekali saja. Tetap semangat, Tuhan perhitungkan semua yang kita lakukan..^_^

2 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...